Jumat, 24 Desember 2010

Jadwal Majelis

No
HARI/TANGGAL
TEMPAT
ALAMAT
1
Rabu, 29 Desember 2010
Kediaman Habib Muhammad bin Abdullah Al-Athas
Jl. Melati I Cengkareng
( Belakang pasar ganefo )
2
Rabu, 05 Januari 2011
Majelis Ta’lim Al-Muhibbin
( Ust. A. Rohili )
Jl. Tanjung Pura Kp. Prepet
Pegadungan Kalideres
3
Rabu, 12 Januari 2011
Mushallah Al-Minaniyah
( Ust. Imron )
Jl. Prepedan Kamal
Kalideres Jak-Bar
4
Rabu, 19 Januari 2011
Majelis Ta’lim Al-Hamidiyah
( Ust. Idham )
Masjid Safinatul Husna
Jl. Bambularangan Rt.008/09
Pegadungan Kalideres
5
Rabu, 26 Januari 2011
RISMADA
( Ust. Syamsul )
Kp. Rawa Bokor Poncol
Kalideres Jakarta Barat
( Dekat Makam Al-Habib ‘Abbas )
6
Rabu, 02 Februari 2011
Mushallah Al-Hidayah
( Ust. Andri Suhendra )
Jln. Lingkungan III Rt. 003/03
Tegal Alur – Kalideres
7
Rabu, 09 Februari 2011
IRSAD              
( Sdr. Suhaimi & Maulana )
Jln. Peta Utara Rt. 006/06
Kp. Wadas Pegadungan Kalideres
8
Rabu, 16 Februari 2011
Mushallah Darus Salam
( Sdr Hendrik & Mulyadi )
Jl. Tanjung Pura 04/05
Kp. Koang Pegadungan Kalideres
9
Rabu, 23 Februari 2011
Majelis Ta’lim Al-Barkah
( Ust. Yanto )
Gg Batok Prepedan Kamal Kalideres
10
Rabu, 02 Maret 2011
Masjid Darurrahman
( Ust. Suryadi & Ust. Rasan )
Jln. Manyar Dalam Rt 002/15 Kp. Menceng
Tegal Alur Kalideres
11
Rabu, 09 Maret 2011
Masjid Riyadhurruhama
( Ust. Ubaidillah )
Kp. Gardu Rw. Bokor Kamal Kalideres Jak-Bar
12
Rabu, 16 Maret 2011
Masjid Baitul Muttaqin
( Ust. Rojali )
Kp. Rawa Terong Kamal Kalideres
Jakarta Barat
13
Rabu, 23 Maret 2011
Majelis Ta’lim Al-Andalusia             
( Ust. A. Anda )
Jl. Prepedan Rt. 03/07 Kamal
Kalideres Jak-Bar
14
Rabu, 30 Maret 2011
Majelis Ta’lim Al-Fitroh II
( Sdr. A. Baijuri )
Jl. Tanjung Pura 08/05
Kp. Maja Pegadungan Kalideres
15
Sabtu, 02 April 2011
Maulid Agung Jam’iyyah Majelis Ratib Al-Atthasiyyah
Jl. Prepedan Rt. 03/07 Kamal
Kalideres Jak-Bar
16
Rabu, 06 April 2011
Majelis Al-Habib Musthofa Al-Masyhur
Jl. Lingkungan III
Tegal Alur Kalideres
17
Minggu, 10 April 2011
Pukul O8:00 WIB
Maulid Agung di kediaman Guru Besar “Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Al-Atthas”
Pon-Pes 'Ainur Rohmah" Ciater Barat Serpong
 Tangerang Selatan

Selasa, 21 Desember 2010

Makna Ratib dan Keutamaannya

Makna Ratib
Perkataan Ratib mempunyai banyak arti, Ratib yang dimaksud disini berasal dari perkataan رَتَّبَ  yang artinya mengatur atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Ratib Al-Athos terdiri dari dzikir, ayat-ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a yang telah disusun oleh Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athos yang dibaca juga pada waktu-waktu tertentu seperti Sembahyang sunnah Rawatib yang merupakan diantara sembahyang-sembahyang sunnah yang diamalkan pada waktu yang tertentu oleh Nabi Muhammad SAW.
Istilah Ratib digunakan kebanyakan di negeri Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek dengan bilangan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), senang diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu tertentu yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam. Diantaranya ada Ratib Al-Haddad, Ratib Alaydrus, Ratib Al-Muhdhor, dan lain-lain.

Keutamaan Ratib
Beberapa ulama salaf berkata; diantara keutamaan ratib ini mereka yang tetap mengamalkannya adalah dipanjangkan umur, mendapat husnul khotimah, dijaga segala kepunyaannya baik yang di laut dan di bumi, dan senantiasa berada dalam perlindungan Allah SWT.
Bagi mereka yang mempunyai hajat tertentu, membaca ratib pada suatu tempat yang kosong dengan berwudhu, menghadap kiblat dan berniat apa kehendaknya Insya Allah dikabulkan Allah Swt. Untuk lebih jelasnya pengamalan ratib ini bisa ditanyakan  kepada para guru di majelis ta’lim maupun kepada habaib yang sepuh.
Diantara kelebihan ratib ini adalah terjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah di sekelilingnya daripada kebakaran, kecurian, dan terkena sihir. Asy-Syaikh Ali Baras berkata, “Apabila dibaca dalam satu kampung atau satu tempat ia mengamankan penduduknya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang berkuda. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampuni Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih-buih di laut.”
Bagi mereka yang terkena sihir, dengan membaca ratib ini insya Allah diselamatkan oleh Allah berkat asma Allah, ayat-ayat Al-Qur’an dan amalan-amalan Nabi Muhammad SAW.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al-Athos berkata, “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular niscaya tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut niscaya akan selamat dari pada segala yang ditakuti. Pernah ada orang yang diserang oleh 15 orang pencuri dan dia selamat.”
Pernah dating satu kumpulan mengadu akan hal mereka yang di kelilingi oleh musuh. Al-Habib Husein menyuruh mereka membaca ratib dan beliau jamin insya Allah mereka akan selamat.
Seorang ulama As-Sayyid Isa bin Muhammad Al-Habsyi berkata bahwa beliau telah mendapat banyak manfaat dari Al-Habib Umar berkenaan dengan kelebihan ratib ini. Beliau berkata beberapa orang telah dating kepada Al-Habib Umar dan mengadu kepadanya tentang kemarau yang panjang dan sempitnya mata pencaharian mereka. Beliau (Al-Habib Umar) memberi nasihat kepada mereka untuk membaca ratib dan dzikir At-Tauhid selepas ratib. Mereka pun mengamalkannya dan tidak lama kemudian Allah Ta’ala menurunkan rahmat atas mereka.
Ada sebuah kampung yang cukup yakin dengan keutamaan dan manfaat ratib Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athos dan tidak pernah meninggalkan dalam membacanya baik yang usia muda maupun tua yang kecil maupun yang besar, setiap malam mereka membaca ratib beramai-ramai dengan suara yang keras. Kebetulan kampung itu mempunyai musuh yang hendak menyerang mereka. Kumpulan musuh ini mengirim seorang pengintai untuk mencari rahasia tempat mereka supaya dapat menyerang dengan mudah. Kebetulan pada waktu si pengintai ini dating dengan sembunyi-sembunyi mereka sedang membaca ratib dan sampai kepada lapazh dzikir:
بِسْمِ اللهِ آمَنَّا بِاللهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْه
Artinya:
“Dengan kebesaran nama Allah kami beriman kepada Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah tiada takut baginya”
Mendengar tiada takut baginya, dan diulangi sampai 3 kali si pengintai menjadi takut dan kembali lalu menceritakan kepada kaumnya apa yang dia dengar dan mereka tidak jadi menyerang, maka selamatlah kampung itu.
untuk download bacaan ratibnya klik disini

Sabtu, 20 November 2010

Tujuh Syarat Ibadah Khusyu' (Bag. 3)


3. Ta’dzim/Hidmat
Hidmat adalah suasana yang hening, rapih, teratur, tidak ribut, semrawut, acak-acakan. Dalam melaksanakan kegiatan apapun dibutuhkan ketenangan, sudah tidak menjadi rahasia umum bahwa ketenangan itu identik dengan keteraturan, dengan keduanya dihasilkan sesuatu hasil kerja yang maksimal.
Ibadah baik dalam arti umum atau khusus membutuhkan hidmat, karena Allah selalu mengawasi akan segala aktivitas makhluk-Nya, pengawasan itu sangat ketat, jika manusia sebagai makhluk Allah sekaligus juga sebagai hambanya melaksanakan kesalahan sekecil apapun, akan nampak jelas dalam pandangan Allah.
فمن يعمل مفال ذرة خيرا يره . ومن يعمل مثفال ذرة شرا يره .
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS; 99 : 7-8)

Hidmat adalah sifat rasa takut dalam segala hal di hadapan Allah, rapih dalam berpakaian, saat berbicara dan bersikap dalam pergaulan hidup, karena yakin sekalipun manusia tidak dapat melihat dzatnya Allah, akan tetapi Allah tetap melihat dan memperhatikan apa saja yang diperbuatnya.

“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat Dia, maka jika engkau tidak dapat melihat Dia, Dia tetap melihat engkau”. (Al-Hadits)

Menjaga kebersihan dalam beribadah sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW, seumpama bersiwak (gosok gigi) hikmahnya besar di samping untuk kebersihan gigi juga untuk menguatkan gusi dan besar pahalanya disisi Allah. Bahkan Rasulullah menganjurkan kalau bias, setiap waktu akan melaksanakan sholat yang wajib agar menggosok gigi lebih dahulu, apalagi setelah itu akan bertemu dengan halayak ramai, dengan teman dan koleganya.

“Jika dikhawatirkan akan memberatkan kepada umatku, aku akan perintahkan dia setiap akan sholat bersiwak (gosok gigi) terlebih dahulu”. (Al-Hadits)

Berpakaian rapih dan berwangi-wangian sangat disenangi Rasulullah, bahkan Rasulullah bersabda; bahwa salah satu yang disenanginya adalah wangi-wangian, mengapa demikian? Karena manusia adalah makhluk yang butuh terhadap pergaulan.

Dalam bergaul manusia dapat saling berbicara, bercanda, berangkulan, dan berciuman, sentuhan itu pasti mengenai tubuh, dan bila tubuh itu mempunyai aroma yang tidak sedap, pasti akan mengganggu suasana yang ceria, dan itu pula yang kadang kala memicu putusnya cinta yang sudah lama terjalin.

Aroma dari minyak wangi akan menyegarkan rasa dari hati yang sangat dalam, begitu pula tempat yang sempitpun akan terasa akan terasa lega dikarenakan ada wangi-wangian diruangan itu. Kemesraan yang sedang terjalin dari dua sejoli pengantin baru akan semakin mesra bulan madunya, hanya karena ada wangi-wangian di sisinya.

Bagaimana dengan Allah, senangkah Dia dengan wangi-wangian? Pasti! Mari perhatikan alam ini. Siapakah yang menumbuhkan bunga melati? Siapakah yang menumbuhkan bunga kenanga? Siapakah yang menumbuhkan bunga sedap malam? Siapakah yang menumbuhkan pohon Zaitun dll? Semua bermuara pada satu jawaban yaitu Allah SWT. Allah bersumpah dengan pohon-pohon yang wangi itu, salah satunya dengan pohon Zaitun.

والتين والزيتون
Artinya:
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun”. (QS. Attin : 1)

Sangat mustahil kalau Allah yang menumbuhkan wewangian itu semua, Allah tidak menyenanginya. Jelaslah sudah berbicara yang baik, berpakaian yang rapih, dan berwangi-wangian adalah bukti mereka sedang berhidmat pada  Allah Tuhan mereka untuk mendapatkan nilai lebih berupa pahala, dan tentunya kehidupan yang dilaksanakannya di dunia ini.