Sabtu, 20 November 2010

Tujuh Syarat Ibadah Khusyu' (Bag. 3)


3. Ta’dzim/Hidmat
Hidmat adalah suasana yang hening, rapih, teratur, tidak ribut, semrawut, acak-acakan. Dalam melaksanakan kegiatan apapun dibutuhkan ketenangan, sudah tidak menjadi rahasia umum bahwa ketenangan itu identik dengan keteraturan, dengan keduanya dihasilkan sesuatu hasil kerja yang maksimal.
Ibadah baik dalam arti umum atau khusus membutuhkan hidmat, karena Allah selalu mengawasi akan segala aktivitas makhluk-Nya, pengawasan itu sangat ketat, jika manusia sebagai makhluk Allah sekaligus juga sebagai hambanya melaksanakan kesalahan sekecil apapun, akan nampak jelas dalam pandangan Allah.
فمن يعمل مفال ذرة خيرا يره . ومن يعمل مثفال ذرة شرا يره .
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS; 99 : 7-8)

Hidmat adalah sifat rasa takut dalam segala hal di hadapan Allah, rapih dalam berpakaian, saat berbicara dan bersikap dalam pergaulan hidup, karena yakin sekalipun manusia tidak dapat melihat dzatnya Allah, akan tetapi Allah tetap melihat dan memperhatikan apa saja yang diperbuatnya.

“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat Dia, maka jika engkau tidak dapat melihat Dia, Dia tetap melihat engkau”. (Al-Hadits)

Menjaga kebersihan dalam beribadah sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW, seumpama bersiwak (gosok gigi) hikmahnya besar di samping untuk kebersihan gigi juga untuk menguatkan gusi dan besar pahalanya disisi Allah. Bahkan Rasulullah menganjurkan kalau bias, setiap waktu akan melaksanakan sholat yang wajib agar menggosok gigi lebih dahulu, apalagi setelah itu akan bertemu dengan halayak ramai, dengan teman dan koleganya.

“Jika dikhawatirkan akan memberatkan kepada umatku, aku akan perintahkan dia setiap akan sholat bersiwak (gosok gigi) terlebih dahulu”. (Al-Hadits)

Berpakaian rapih dan berwangi-wangian sangat disenangi Rasulullah, bahkan Rasulullah bersabda; bahwa salah satu yang disenanginya adalah wangi-wangian, mengapa demikian? Karena manusia adalah makhluk yang butuh terhadap pergaulan.

Dalam bergaul manusia dapat saling berbicara, bercanda, berangkulan, dan berciuman, sentuhan itu pasti mengenai tubuh, dan bila tubuh itu mempunyai aroma yang tidak sedap, pasti akan mengganggu suasana yang ceria, dan itu pula yang kadang kala memicu putusnya cinta yang sudah lama terjalin.

Aroma dari minyak wangi akan menyegarkan rasa dari hati yang sangat dalam, begitu pula tempat yang sempitpun akan terasa akan terasa lega dikarenakan ada wangi-wangian diruangan itu. Kemesraan yang sedang terjalin dari dua sejoli pengantin baru akan semakin mesra bulan madunya, hanya karena ada wangi-wangian di sisinya.

Bagaimana dengan Allah, senangkah Dia dengan wangi-wangian? Pasti! Mari perhatikan alam ini. Siapakah yang menumbuhkan bunga melati? Siapakah yang menumbuhkan bunga kenanga? Siapakah yang menumbuhkan bunga sedap malam? Siapakah yang menumbuhkan pohon Zaitun dll? Semua bermuara pada satu jawaban yaitu Allah SWT. Allah bersumpah dengan pohon-pohon yang wangi itu, salah satunya dengan pohon Zaitun.

والتين والزيتون
Artinya:
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun”. (QS. Attin : 1)

Sangat mustahil kalau Allah yang menumbuhkan wewangian itu semua, Allah tidak menyenanginya. Jelaslah sudah berbicara yang baik, berpakaian yang rapih, dan berwangi-wangian adalah bukti mereka sedang berhidmat pada  Allah Tuhan mereka untuk mendapatkan nilai lebih berupa pahala, dan tentunya kehidupan yang dilaksanakannya di dunia ini.

Kamis, 04 November 2010

TAKUT (Oleh: Habib Muhammad)

Rasa Itu Selalu Datang
Merasuk, menusuk di hati yang sangat dalam.
Ketika Adzab-Mu hamba bayangkan,
Dahsyat, ganas, suasana bisa mencekam.
Marah-Mu tidak ada yang mampu menahan.

Yaa Allah betapa kecil hamba di hadapan-Mu
Namun mengapa hamba maksiat pada-Mu
Amal yang Baik malah banyak hamba abaikan.
Bagaimana mampu hamba mengangkat wajah,
ketika ada di hadapan-Mu

Karena hamba tahu dosa hamba,
akan marah ketika engkau tahu.
Takut, gemetar rasa hati ini
Bila hamba ingat akan hari yang akan terjadi
Tidak ada pertolongan dan perlindungan kecuali pertolongan-Mu

Yaa Allah hidayah-Mu hamba harapkan
Murka-Mu jangan kau limpahkan pada hamba
Yang lainpun perasaannya sama
Takut... Takut... Engkau marah pada kita
Murka-Mu dapat meluluh lantakan dunia.

Takut... Takut.. Hamba-Mu yaa Allah
Bila teringat ancaman-Mu di Akhirat.
Mereka yang berdosa akan bertemu Zabaniyah
Di Jahannam yang berkobar apinya merah

Mereka diberi minum darah dan nanah
terasa hambapun ikut terbawa amarah
Di Lautan api dan deburan ombak Timah

Panasnya tak terbayangkan
Menghujam di lubuk hati manusia
kalau ditimbang panasnya api dunia.

Takut... Taku.. Hamba-Mu yaa Allah
Bila teringat anugerah-Mu di alam Baqa
Mereka yang beruntung akan bertemu Allah
Dengan segala rahmat-Nya di Syurga

Hamba-Mu khawatir tak mengalaminya
Bersama mereka saling bersenda gurau ceria
Menikmati indahnya panorama Syurga Ma'wa
di bawah naungan ridho-Mu yaa Allah

Dengan penuh harap hamba-Mu yaa Allah
Jangan Engkau kecewakan hamba
Dengan murka dan marah-Mu
Rahmat-Mu yang hamba idam-idamkan

Meski hamba akui, ibadah hamba
Belum menjamin mendapatkan itu semua
Tetapi rahmat-Mu dapat mengalahkan Adzab
Berilah rahmat-Mu itu pada hamba. Amiin...